Beberapa waktu yang lalu saya berdiskusi dengan teman saya,
pertanyaannya sederhana, mengapa ada beberapa teman kita yang menurut kacamata
kita harusnya sudah tidak tenang hidupnya, karena dia mempunyai banyak hutang,
sedangkan pekerjaannya tidak dapat menutup hutang tersebut, tetapi menurut
sudut pandang kita dia masih merasa nyaman ?
Mengapa dinilai merasa nyaman, di
setiap pembicaraan dengan teman saya ini, dia tidak ada tanda untuk mengubah
hidupnya yang seperti sekarang ini menjadi kehidupan yang lebih baik dari sisi
ekonomi. Hal ini terlihat dari jawaban pertanyaan yang kami tanyakan.
Sebagai test saja,
biasanya saya bertanya kehidupan semacam apa yang kamu inginkan dalam waktu 5 –
10 tahun yang akan datang ?
Biasanya mereka akan menjawab rumah, mobil dan
sebagainya hal-hal dasar yang perlu dipenuhi sesuai hukum maslow. Pada saat
saya mulai mendetailkan keinginannya misalnya rumah seperti apa yang kamu
inginkan, biasanya dia menjawab kecil saja. Saya tahu persis karena yang dia
jawab adalah melihat kondisi sekarang.
Kemudian saya katakan jangan melihat kondisi sekarang, tetapi seandainya uang
tidak bermasalah rumah seperti apa yang kamu inginkan ? biasanya setelah saya
mengatakan seperti itu, maka dia mulai menjawab dengan rumah yang benar-benar
dia inginkan.
Apa yang membuat perbedaan antara membuat rumah idaman yang
dapat dicapai dalam keadaan ekonomi keluarganya sekarang, dan membuat rumah
idaman yang kalau dalam keadaan ekonomi keluarganya sekarang mungkin tidak akan
mendapatkan ?
Kalau seandainya teman saya tersebut memilih yang pertama, maka
tidak akan ada usaha ekstra atau cara berpikir untuk mencari cara lain untuk
menopang ekonomi keluarganya, karena apa yang ada sekarang bisa mendapatkan apa
yang dia inginkan.
Kalau seandainya seperti yang kedua, maka dalam keadaan ekonomi
keluarga yang sekarang ini tidak mungkin didapatkan, maka dia akan berpikir
bagaiman cara mendapatkannya ? pada saat dia memikirkan bagaimana cara
mendapatkannya, perjalanannya memang panjang, tetapi dia akan mencari informasi
dan berusaha untuk memperbaiki ekonomi keluarga.
Saya pernah bertemu dengan seorang teman yang sudah bekerja
cukup lama dan jabatannya sebagai Manager. Dia merasa nyaman dengan jabatan
managernya, padahal dia mempunyai anak yang masih kecil, kemudian saya mulai
bertanya anaknya sekarang umur berapa ? dan berapa tahun lagi masuk ke
perguruan tinggi ? kira-kira jurusan apa yang ingin diambil ? Kemudian saya
bertanya dengan pertanyaan yang paling konyol menurut saya, Apakah
menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi menjadi prioritas yang utama ?
Pertanyaan terakhir ini yang membuat dia agak sedikit kurang
nyaman, mungkin dia mulai berpikir bagaimana seandainya pada saat anaknya masuk
kuliah dia tidak dapat menyiapkan dana yang dibutuhkan untuk anaknya
melanjutkan kuliah. Yang tadinya si Manager tersebut merasa nyaman-nyaman saja,
dengan satu pertanyaan tentang pendidikan anaknya, membuat dia berpikir keras
untuk dapat memberikan pendidikan yang baik.
Pelajaran
yang saya dapatkan
Pada saat saya tidak
mempunyai impian atau impian saya itu mudah untuk didapatkan dalam keadaan
sekarang, saya tidak akan bergerak untuk berpikir bagaimana caranya saya bisa
bertumbuh lagi untuk mendapatkan yang lebih. Saya akan membedakan antara
bermimpi yang lebih besar dengan Greedy atau
tamak.
Kalau Greedy atau tamak selalu
menginginkan yang lebih lagi, tetapi usaha yang dilakukannya adalah usaha yang
mudah dan akibatnya tidak menumbuhkan skill dan kemampuan untuk hal yang lebih
positif. Sedangkan impian yang besar akan membuat seseorang itu bertumbuh
secara skill dan pengetahuan.
Jadi kenyamanan itu tidak dialami oleh orang yang sudah mapan
secara ekonomi saja, melainkan orang yang masih kekurangan secara ekonomi masih
dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya. Semakin seseorang punya impian yang
besar dan mau mengejarnya, disitulah pertumbuhan secara pribadi akan terbentuk.
0 komentar :
Post a Comment
Saran Komentar